Kali ini aku kembali ke kebiasaan lama, mematikan HP sebelum naik pesawat. Kesalahan yang dulu tidak akan aku ulangi lagi. orang saleh tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dengan langkah pasti aku menuju kursi nomor 11C. Langkahku semakin tegap, ketika dari jauh sudah melihat indikasi menarik dari posisi ini, disebelahnya ada seorang wanita cantik. Aku berpikir, mungkin ini hadiah bagi orang yang selalu memperbaiki diri.
Sayangnya, dialektika di warung kopi semalam masih menyisakan kantuk hingga siang ini. Alhasil, mataku langsung terpejam, di sebelah wanita cantik itu tentunya.
Masih mengantuk rasanya ketika aku memaksa membuka mata, tidak ingin melewatkan pesona si wanita. Ekor mataku menangkap cewek ini benar-benar cantik.
Kulitnya halus mulus, cerah dan nyaris transparan mungkin. Sontak aku membayangkan, sekiranya gadis ini minum kopi pastilah alirannya yang hitam itu akan tampak melewati tenggorokannya dengan jelas, saking beningnya dia.
Eksplorasi visualku kemudian turun ke tangannya yang terletak manis di meja, tempat sebotol air mineral diletakkan. Kulitnya juga tidak jauh beda, mengindikasikan perawatan yang rutin dan teratur.
Jari-jemari lentik dan lurus. Pada jari manisnya sebelah kanan tampak melingkar sebuah cincin emas, persis seperti yang digunakan oleh sebagian orang yang telah berpasangan. Cincin kawin bahasa populernya.
Aku yakin si perempuan merasa aku perhatikan. Dan aku yakin dia memahami waktu aku sejenak menghentikan pandangan pada jari dan cincin itu. Karena setelahnya, posisi tangannya berubah, menggenggam, lalu ditarik melipat di bawah dada.
Kantuk kembali menyerang, dan aku memutuskan untuk terlelap. Bukan karena kecewa dengan pemandangan cincin itu, tapi kantuk benar-benar sulit dilawan. Hanya sebentar, lalu mataku terbuka lagi.
Pemandangan hampir sama aku dapati. Ekor mata menangkap wajah yang cantik, kali ini dilengkapi dengan senyum yang sedikit tertahan. Posisi tangan yang lengkap dengan jemari lentik juga sudah kembali ke meja di depannya.
Namun kali ini sedikit berbeda. Cincin emas itu sudah tidak tampak lagi di sana. Lalu aku membalas dengan tersenyum.
Comments
Post a Comment