Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Gadis Cantik di Pesawat (Bacaan Kaum Intelektual)

Kali ini aku kembali ke kebiasaan lama, mematikan HP sebelum naik pesawat. Kesalahan yang dulu tidak akan aku ulangi lagi. orang saleh tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan langkah pasti aku menuju kursi nomor 11C. Langkahku semakin tegap, ketika dari jauh sudah melihat indikasi menarik dari posisi ini, disebelahnya ada seorang wanita cantik. Aku berpikir, mungkin ini hadiah bagi orang yang selalu memperbaiki diri. Sayangnya, dialektika di warung kopi semalam masih menyisakan kantuk hingga siang ini. Alhasil, mataku langsung terpejam, di sebelah wanita cantik itu tentunya. Masih mengantuk rasanya ketika aku memaksa membuka mata, tidak ingin melewatkan pesona si wanita. Ekor mataku menangkap cewek ini benar-benar cantik. Kulitnya halus mulus, cerah dan nyaris transparan mungkin. Sontak aku membayangkan, sekiranya gadis ini minum kopi pastilah alirannya yang hitam itu akan tampak melewati tenggorokannya dengan jelas, saking beningnya dia. Eksplorasi visualku kemudian t

Orang Bodoh di Pesawat

Perjalananku kali ini tampak sedikit berbeda, mungkin karena keinginan untuk menuangkan isi kepala dalam bentuk tulisan. Sejak di ruang tunggu, aku sudah mulai membuka laptop dan menggerak-gerakkan jemari. Tulisan pertama hampir selesai ketika panggilan untuk naik pesawat diumumkan. Saat tanda sabuk pengaman dimatikan, yang mengindikasikan pesawat sudah dalam posisi terbang stabil, aku meraih laptop lagi, menyelesaikan tulisan pertama dan langsung lanjut ke tulisan yang kedua. Maklum, gagasannya sudah di ujung jidat. Tidak lama kemudian, jreng..tulisan kedua selesai, sesaat sebelum suara merdu seorang pramugari mengumumkan bahwa pesawat beberapa saat lagi akan mendarat dan semua peralatan elektronik harus dimatikan. Kemudian, saat seluruh jiwa dan raga bersiap-siap untuk mendarat, terdengarlah sebuah deringan telpon entah dari mana. Inilah bagian yang aku paling tidak suka, seorang bodoh yang tidak mematikan HP di pesawat. Bukan karena aku sok menaati aturan, tapi kalau ada a

Usia Dewasa

Ada banyak cara menentukan usia dewasa seseorang. Namun buat saya, menentukan usia dewasa tampaknya cukup sederhana, yaitu ketika seseorang sudah bisa mengurus urusannya sendiri, tanpa harus diantar orang tuanya. Konon katanya, dulu ayah saya mengurus sekolahnya sendiri sejak SMP. Mendaftar sendiri, pulang-pergi juga sendiri. Bahkan, beliau berkebun dan menggembala kambing sendiri sejak usia SD kelas sekian. Beberapa dekade setelahnya, saya juga mengurus sekolah sendiri, tapi sejak masa SMA. Mendaftar sendiri, pulang-pergi tanpa diantar. Itulah usia dewasa kami, mungkin bisa dikatakan rata-rata orang Indonesia saat itu. Namun, entah sejak kapan mulai terjadi, belakangan ini saya tampaknya semakin sering melihat anak-anak kuliah yang bukan hanya diantar oleh orang tuanya mendaftar, tapi sampai didampingi pada saat ospek, atau apapun namanya itu. Anak-anaknya jongkok dengan segala atributnya, para orang tua juga jongkok dengan segudang logistik hanya sepelemparan batu jarakny

Meniadakan Diri

Ditulis untuk menyambut Hari Pahlawan 10 November 2017 dan 1 tahun PK-85 Bhadrika Sagraha Tiba-tiba telepon berdering. Suara dari seorang kawan di tanah air meluncur dengan jelas dan penuh semangat. Senang sekali rasanya mendengar dia berbicara. Seolah-olah melaporkan, dia berkata bahwa baru saja bertemu dengan Kepala Staf Kepresidenan. Entah apa pokok pembicaraan mereka si teman ini tidak menyampaikan secara rinci. Hanya saja, salah satu yang mereka bahas adalah sektor kemaritiman Indonesia yang katanya selalu kekurangan tenaga pelaut. Indonesia masih kalah oleh Filipina dalam menyuplai pelaut dunia, padahal dari segi luasan, laut negara tetangga itu tidak ada apa-apanya dibanding kita. Sistem yang ada sekarang, menurut pembicaraan mereka, belum memungkinkan bahkan sekedar untuk mencukupi kebutuhan pelaut nasional. Si teman punya usul untuk membangun kerjasama panti asuhan seluruh Indonesia dengan sekolah-sekolah pelayaran untuk mengatasi masalah kelangkaan pelaut ini. La

Tekad, Nilai, dan Bentuk

You will get what you desire. Ya, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Klasik. Klasik karena ini ungkapan lama yang sudah melampaui zaman dan masih tetap relevan hingga saat ini. Klasik karena ungkapan sudah sangat teruji dan secara umum dapat diterima oleh kebanyakan kalangan. Saking klasiknya ungkapan ini sehingga ada orang bijak dari seberang sana berkata “berhati-hatilah dengan keinginanmu, karena bisa jadi kamu akan mendapatkannya”. Kalau kita menginginkan jadi orang kaya, maka kita akan mendapatkan kekayaan itu. Kalau kita ingin jadi orang terkenal, maka kita akan jadi orang terkenal. Namun, bagaimana mewujudkan keinginan itu? Inilah fungsinya tekad. Tekad merupakan indikator awal dan utama seberapa besar kita mampu mewujudkan keinginan itu. Semakin kuat tekad seseorang, maka semakin dekat dia dengan keinginannya itu. Seorang yang ingin kaya, jika dia sepanjang hari bekerja keras dan berusaha dengan benar, maka semakin dekat dia dengan kekayaan yang dia idam-idamkan