Skip to main content

Posts

Showing posts from 2009

Elang

engkau terbang tinggi di awan melaju kencang tanpa batas menukik dan memutar, melenggang dengan leluasa menyisir hutan, gunung, dan lautan mengikuti apa kata hatimu yang hanya engkau yang tahu, Elang engkau mahluk yang gagah mahluk yang kuat nan perkasa nyaris tanpa tanding paling tidak itulah mereka engkau teman yang bijak bagi para sahabatmu karena engkau selalu ada disaat mereka membutuhkanmu memberi semangat bagi mereka yang jatuh memberi arti bagi mereka yang tidak berarti dan menjadi tempat untuk berbagi engkau lawan yang menakutkan bagi musuhmu karena engkau bisa menerkam siapa saja dari ketinggian mencengram dan melumat habis mereka tanpa sisa demi kehormatan yang engkau emban demi cinta yang engkau miliki Elang, banyak yang menginginkan menjadi seperti dirimu melenggang bebas dikewanginan jagad raya tapi mereka tidak berani, bukan tidak mampu mereka memilih untuk tinggal di sarang, di tenda, atau di rumah dan di saat yang sama mereka iri padamu me

Pelayanan Publik dan Pengalaman Masa Kecil

Foto di samping saya ambil di salah satu terminal keberangkatan domestic bandara Soekarno-Hatta Jakarta beberapa waktu yang lalu. Di foto ini tempak sebuah layanan jasa pengemasan bagasi bagi pada penumpang untuk memastikan barang-barang bawaannya aman selama berada di bagasi pesawat. Atau dengan kata lain bagi mereka yang khawatir akan keamanan barang bawaannya. Harga perkoli untuk pengemasan kalau tidak salah berkisar antara 30-40 ribu rupiah. Jasa pengemasan ini sudah berlangsung beberapa lama, mungkin sudah beberapa bulan, mungkin sudah setahun, tapi tepatnya belum dua tahun. Sebuah bisnis baru yang menggiurkan. Dilihat dari sudut pandang bisnis, layanan jasa pengemasan ini merupakan bisnis yang menarik, karena semakin hari jumlah penumpang pesawat terbang semakin meningkat, ini artinya peluang pasarnya semakin hari semakin besar. Namun, bagaimanakah bisnis ini jika dilihat dari sudut pandang pelayanan public? Mari kita lihat. Seperti yang telah saya utarakan sebelumnya, bahwa bis

Masih di Indonesia

Jarum jam menunjukkan angka 11.10 menit waktu aku mendengar pengumuman penumpang Malaysia Airlines tujuan Kuala Lumpur diminta untuk masuk ke ruang tunggu. Setelah bersalaman dan berpamitan akupun bergegas menuju ruang tunggu. Setelah membayar pajak bandara, dan melewati konter bebas fiskal, aku diminta ke loket imigrasi. Ada dua loket disana, tetapi yang satunya kosong. Artinya, aku harus ke loket yang terisi oleh petugas. Awalnya aku tidak berniat ke loket itu, akan tetapi mereka mengharuskannya. Akhirnya akupun mengalah dan menujulah aku ke loket yang bertuliskan “Foreigner Only”. Oh Tuhan, ini masih di Indonesia, itulah mengapa aku berkeras tidak menuju loket itu awalnya, karena aku bukan orang asing, tapi mereka menyuruhku. Oh Tuhan, ini masih di Indonesia, itulah mengapa para petugas sendiri yang memaksa aku untuk melanggar aturan,bukan mengikuti aturan. Oh Tuhan, Indonesia masih saja seperti ini. Pengalaman diharuskan untuk melanggar aturan seperti ini memang bukan pertama kali

Memaknai Peringatan 17 Agustus Dalam Arti Kemerdekaan yang Sesungguhnya

Tulisan ini aku persembahkan untuk peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 64 tanggal 17 Agustus 2009. Minggu lalu aku bertemu dengan beberapa orang teman di Jakarta. Dalam pembicaraan yang singkat itu kami membahas berbagai hal mulai dari pekerjaan masing-masing, permasalahan teroris yang sedang hangat-hangatnya, sampai hubungan dengan perempuan. Sebenarnya topik yang paling menarik adalah tentang perempuan, karena setiap kami memiliki pengalaman yang berbeda. Salah seorang diantaranya beristri dua dan mereka rukun-rukun saja, seorang yang lain juga beristri dua yang selalu bertengkar, seorang lagi beristri “hanya” satu tapi posesifnya minta ampun sampai buku rekeningnya pun harus diprint untuk melacak pengeluarannya, dan seorang yang lain juga beristri satu dengan privasi yang sangat tinggi dimana istrinya tidak pernah membuka dompet maupun handphone miliknya semenjak mereka menikah, tapi juga punya pacar seorang janda yang sebaya. Tapi tulisan hanya akan berbicara mengenai di

Antara Mbah Surip, Manohara, dan David Hartanto Wijaya

Saya yakin kawan-kawan semua telah mengenal nama-nama yang menjadi topik pembahasan tulisan ini, Manohara Odelia Pinot, Mbah Surip, dan (mungkin)David Hartanto Wijaya. Tulisan ini merupakan respon terhadap tayangan sebuah media televisi swasta nasional tentang pernyataan belasungkawa presiden SBY sesaat setelah mendengar kabar kematian Mbah Surip, seorang musisi eksentrik yang baru saja naik daun. Tidak ada yang salah dari pernyataan itu, dan saya sendiri sangat sependapat dengan pak SBY yang menyatakan salut terhadap semangat Mbah Surip dalam menghasilkan karya-karya secara mandiri. Pak SBY juga kemudian menghimbau aparat pemerintah setempat untuk membantu proses pemakaman mendian Mbah Surip. Sebuah penghargaan yang pantas baginya. Memang perjuangan Mbah Surip dalam menapakkan kakinya di belantika musik Indonesia bukanlah perjuangan mudah. Seiring dengan perjuangan itu kemudian Mbah Surip yang terkenal dengan lagu “Tak Gendong” kemudian tiba-tiba saja menjadi terkenal dan menginspira

Menyoal Hasil Pilpres 2009 dalam Konteks Hubungan Indonesia-Asing

Tahun 2004 yang lalu dalam sebuah forum diskusi kampus menjelang Pilpres 2004 di Jogja disinggung mengenai kepentingan AS (baca : asing) di Indonesia. Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa siapapun yang memimpin bangsa ini kedepan ia adalah orang yang secara tidak tertulis telah mendapat restu dari AS. Kemudian dibahaslah beberapa kriteria presiden Indonesia yang akan mendapat restu dari AS tersebut. Pertama, AS menginginkan presiden Indonesia harus berasal dari kalangan muslim tetapi harus muslim yang berasal dari kaum abangan bukan santri. Syarat muslim menjadi penting untuk menjaga stabilitas nasional (yang juga berarti stabilitas kepentingan AS), artinya muslim dari golongan abanganlah yang paling memungkinkan untuk itu. Muslim santri walaupun dapat menjaga stabilitas nasional, dikhawatirkan dapat menggangu kepentingan AS di Indonesia. Syarat kedua adalah terkait dengan syarat pertama tadi yaitu mampu menjaga eksistensi AS di Indonesia. Dari syarat kedua ini maka yang berhak men

Surat Terbuka Buat Bangsa

Dear pak JK dan semua rakyat Indonesia. Saya dan beberapa orang teman yang tergabung dalam DeltaDelapan Community di Jogja sampai sekarang tidak terdaftar di DPT. Memang kami kebanyakan adalah warga pendatang dari luar Jogja, tapi sama sekali kami tidak mempunyai akses untuk dapat memberikan suara kami di Jogja walaupun sesungguhnya sekarang kami sudah menjadi warga Jogja yang dibuktikan dengan kepemilikan KTP Jogja. Diluar itu semua, kami yang merupakan intelektual muda dan para pemikir yang mandiri telah berkomitmen bahwa apapun kendala DPT yang menimpa kami, itu tidak akan menghalangi kami untuk bersikap "Lebih Cepat Lebih Baik". Dengan kesadaran penuh kami tidak akan terkebiri oleh keadaan, kami selama ini secara sukarela berkampanye untuk kehidupan bangsa yang bermartabat dan mandiri lewat dunia maya maupun face to face dengan kolega kami. Kami berprinsip bahwa ketidakterdaftaran kami di DPT harus kami bayar dengan me-Lebih Cepat Lebih baik-kan orang-orang disekitar kami

Sekolah Gratis Setengah Hati

Mungkin sebagian besar dari kita telah melihat iklan pemerintah tentang Sekolah Gratis yang akhir-akhir ini sering ditayangkan di televisi. Terlepas dari nuansa politis yang kental dari iklan ini karena munculnya justru pada masa tenang kampanye pemilu legislatif, saya ingin mengajak rekan-rekan sekalian untuk menyimak iklan itu dengan baik. Hal yang menarik dan luar biasa menurut saya adalah adanya niat baik dari pemerintah untuk mengadakan sekolah gratis di mana-mana seperti yang dilantunkan oleh sang bintang iklan. Hal ini baru pertama kali sepanjang sejarah Negara ini pemerintah (pusat) mengumandangkan secara resmi program sekolah gratis ini. Diharapkan dengan adanya program ini, angka melek huruf rakyat Indonesia menjadi lebih tinggi yang disertai naiknya tingkat pendidikan rata-rata. Prinsipnya dari A-Z saya, dan saya yakin hampir semua dari elemen bangsa ini mendukung rencana pemerintah tersebut. Permasalahan kemudian yang perlu dilihat lebih jeli adalah pada saat penayangan ikl