Skip to main content

Di Tepi Pantai Kolaka


Di tepi pantai Kolaka, aku duduk dan termenung. Pandangan aku arahkan jauh ke depan, melampaui birunya laut, menanti matahari terbenam. Tatapanku tersapu ombak, tertiup angin, merengsek ke dermaga lalu hilang bersama kapal-kapal yang berlayar. Aku berharap pandangan ini meleburkan semua masalah dan mengokohkan niatku dalam hidup.
Sudah cukup lama aku berada di sini, kota kecil yang selalu menyimpan kerinduan. Sebulan lebih aku habiskan, sejak kedatanganku yang kesekian kalinya. Ini kali terlama sejak aku meninggalkannya sebelas tahun yang lalu. Tak pernah aku banyangkan akan selama ini sebelumnya. Tuhan memang terkadang aneh, dia punya rencana-rencana yang tidak mampu dijangkau akal manusia. Dia bekerja saja, tetapi tidak pernah aku mendengar Dia berkata apa-apa. Dia melaksanakan semuannya dalam diam. diam...
Di tepi pantai Kolaka aku duduk dan termenung...
Dari kejauhan tampak tiga buah kapal ferry berlabuh menanti giliran pemberangkatan. Dua puluh lima meter di depanku ada tiga buah sampan kecil milik nelayan yang telah beberapa hari ini diparkir. Ombak besar mengharuskannya. Di sebelah kananku, sedikit keatas, di sebuah panggung kota, beberapa anak kecil sedang bermain, santai, tanpa beban, tanpa masalah. Nikmatilah semuanya nak!! Jangan risaukan dunia yang lantak ini.
Matahari terus bergerak turun mendekati laut, seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi di dunia ini. Sangat bijak..
Entah berapa lama lagi aku akan berada di sini. Lebih tiga bulan yang lalu aku meninggalkan bangku kuliah, ada perasaan rindu untuk segera kembali. Namun satu yang pasti, aku kesini untuk belajar tentang kehidupan. Berusaha untuk menjajaki mata air, yang akan aku pergunakan kelak. Dari sebuah kota kecil di pelosok Sulaweasi, aku mencoba untuk mengangkat dagu, memandang lurus ke depan, manatap dunia. Seorang alim pernah berkata "kita dapat memindahkan sebuah kota, tapi tidak dengan sebuah sumur."
Di tepi pantai Kolaka, aku duduk dan termenung.
Matahari terbenam, mengamini segala doa dan pengharapanku. Aku melihatnya tersenyum di penghujung tugasnya hari ini. Dia berjanji untuk kembali esok pagi. Aku tahu dia akan menepatinya..


Kolaka 11 Januari 200717.12 WITA

Comments

Popular posts from this blog

SEMBAHAN

Kembali perjalananku pagi ini harus terusik terusik oleh kehadiran bunga tidur namun kali ini tampak aneh seolah ia tidak mau pergi Bunga tidur telah memberi harap jiwaku jiwa yang haus akan cinta dan kasih sebuah sosok tulus murni hadir di hadapanku semalam yang singkat namun penuh makna penuh arti dan penuh misteri yang tak terungkap setampak raga polos, putih murni memberi senyum manis kepadaku sosok terbungkus sutera putih telah menghampiriku tampak jelas olehku lumuran cinta pada tubuh indahnya balutan kasih sayang yang sangat erat pada jiwa sucinya akan disembahkan perjalananku pagi ini menjadi doa kepada-Nya kehausan jiwa sahaya lara kepada cinta pewangi bumi yang akan menggugah dunia dengan kelembutan kasihnya dalam diam, aku mencinta eki

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining. The three months progress on land reclamation of ex-bauxite mines without topsoil