Skip to main content

Essay LPDP: Peranku untuk Indonesia



Memaksimalkan Kontribusi Sumberdaya Alam Bagi Pembangunan Nasional – sebuah Peran Untuk Indonesia

Indonesia my lovely country
Where we were born and live now
My country of the thousand islands
And a million rivers everywhere
...

Cuplikan lirik lagu dari Panbers dengan judul “Indonesia My Lovely Country” yang populer di tahun 1970an ini adalah gambaran kecintaan alamiah seorang anak bangsa yang dituangkan dengan sangat romantis dalam sebuah lagu. Sebuah sentimen yang mampu menggerakkan energi untuk terus berkarya, memainkan peran masing-masing kepada negeri kita yang tercinta ini, Indonesia.
Setelah lulus SMA di Makassar tahun 2001, saya merantau ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan tinggi. Berbekal informasi yang sangat terbatas, saya mengikuti tes dan diterima di dua universitas yang berbeda, Jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Gadjah Mada, dan Jurusan Teknik Pertambangan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Dalam kebingungan saya memutuskan mengambil kedua jurusan tersebut dengan harapan setelah 1-2 semester berlalu saya akan melepas salah satu dan fokus untuk menempuh jurusan saya senangi.

Namun, rencana ini tidak sesuai dengan kenyataannya. Kenyataannya adalah saya sangat menikmati masa-masa kuliah dan akhirnya menyelesaikan kedua jurusan tersebut dengan baik.

Riwayat pendidikan mengantarkan saya menggeluti bidang pengelolaan sumberdaya alam sebagai bagian dari pembangunan bangsa, dan memilih mengabdikan diri membantu perusahaan-perusahaan skala kecil dan masyarakat. Keterbatasan pengetahuan membuat aktifitas mereka jauh dari kesan ramah sosial dan lingkungan. Kehadiran saya sejauh ini telah membuat beberapa aktifitas mereka lebih peduli terhadap lingkungan dan sosial, khususnya di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat.
Namun demikian, secara umum saya melihat bahwa tujuan pemanfaatan sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat masih jauh dari harapan. Hipotesa saya adalah sektor ini belum berkontribusi maksimal dalam pembangunan. Ada tata kelola yang harus diperbaiki. Dari riset pendahuluan, saya menemukan bahwa implementasi praktek-praktek pertambangan secara berkelanjutan bisa menjadi solusi. Ini merupakan agenda yang mendesak bagi sumberdaya alam yang tidak terbarukan.

Dalam konteks ini, konsep keberlanjutan berarti memaksimalkan manfaat pertambangan dan secara simultan mampu meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan sosial. Penekanan diberikan pada optimalisasi dampak-dampak positif dengan menitikberatkan pada integrasi pilar-pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, yang membutuhkan kerjasama yang luas dari para pemangku kepentingan. Studi mengenai pertambangan berkelanjutan mengintegrasikan itu semua secara teknik, sosial-ekonomi dan politik.

Peranku untuk Indonesia berlanjut dengan menginternalisasi konsep ini dalam pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dan LSM yang saya dirikan. Kami memberi layanan konsultasi dan memberikan saran bagi pengambil kebijakan, kadang berbasis pro bono, serta mendorong dan membantu implementasi praktek-praktek berkelanjutan dalam industri pertambangan.
Sebagai contoh, kami telah mempraktekkan pelibatan masyarakat (commmunity engagement) dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan sebuah perusahaan tambang bauksit milik negara di Kalimantan Barat. Hasilnya adalah peningkatan partisipasi dan keterwakilan masyarakat secara signifikan, termasuk masyarakat adat dan kaum perempuan. Ini merupakan salah satu pencapaian yang sangat baik dalam praktek pertambangan berkelanjutan seperti yang diidentifikasi dalam Johannesburg Plan of Implementation tahun 2002.

Saat ini, didukung oleh Kedutaan Besar Republik Federasi Jerman di Jakarta, kami sedang dalam pengembangan sebuah model peningkatan kondisi ekonomi masyarakat melalui upaya rehabiltasi lahan bekas tambang timah di Pulau Singkep, Kepulauan Riau. Lahan direhabilitasi secara ramah lingkungan dengan mengoptimalkan peran mikroorganisme, dan secara intens melibatkan masyarakat setempat, termasuk kelompok-kelompok perempuan. Inisiasi ini bertujuan untuk membangun percontohan pengelolaan lahan bekas penambangan timah secara berkelanjutan sehingga dapat bernilai ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dalam jangka panjang. Proyek dibuat berbasis lahan rumah tangga sehingga dampak peningkatan pendapatan dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.

Sadar bahwa ini semua masih jauh dari ideal membuat saya berkeinginan kuat untuk melanjutkan studi ke program Doktor. Dengan itu saya akan menggabungkan tiga hal sekaligus yaitu: penguasaan pemahaman mengenai pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, melakukan improvisasi praktek-praktek dan kebijakan, dan memberdayakan para pemangku kepentingan dalam upaya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Di masa depan, selain akan melanjutkan apa yang telah saya kerjakan sekarang, saya juga akan menempuh jalur politik sebagai alat perjuangan. Ada ruang kosong ketika tidak cukup banyak pengambil kebijakan bidang sumberdaya mineral yang memiliki pengetahuan praktis di sektor ini. Sebaliknya kalangan professional, yang lebih nyaman dalam posisi sebagai pekerja, tidak banyak yang tertarik dengan politik,. Jarak ini membutuhkan jembatan, dan di sanalah saya akan memposisikan diri, termasuk jika saatnya nanti saya harus memegang jabatan publik. Ini akan membuat peran saya berada pada titik tertinggi untuk memaksimalkan kontribusi pertambangan bagi pembangunan berkelanjutan di Indonesia, my lovely country.

Comments

Popular posts from this blog

Di Tepi Pantai Kolaka

Di tepi pantai Kolaka, aku duduk dan termenung. Pandangan aku arahkan jauh ke depan, melampaui birunya laut, menanti matahari terbenam. Tatapanku tersapu ombak, tertiup angin, merengsek ke dermaga lalu hilang bersama kapal-kapal yang berlayar. Aku berharap pandangan ini meleburkan semua masalah dan mengokohkan niatku dalam hidup. Sudah cukup lama aku berada di sini, kota kecil yang selalu menyimpan kerinduan. Sebulan lebih aku habiskan, sejak kedatanganku yang kesekian kalinya. Ini kali terlama sejak aku meninggalkannya sebelas tahun yang lalu. Tak pernah aku banyangkan akan selama ini sebelumnya. Tuhan memang terkadang aneh, dia punya rencana-rencana yang tidak mampu dijangkau akal manusia. Dia bekerja saja, tetapi tidak pernah aku mendengar Dia berkata apa-apa. Dia melaksanakan semuannya dalam diam. diam... Di tepi pantai Kolaka aku duduk dan termenung... Dari kejauhan tampak tiga buah kapal ferry berlabuh menanti giliran pemberangkatan. Dua puluh lima meter di depanku ada tiga buah

Musim Mudik Telah Usai, Kembali Kampungan

Musim mudik telah usai. Pada masa-masa mudik itulah, kami orang desa, kaum udik, diperkenalkan langsung kepada gadget, mobil-mobil mewah, dialek-dialek aneh, yang biasanya hanya kami lihat di televisi. Agak aneh juga melihat suasana lebaran di kampung yang udik ini. Orang-orang saling bersalaman, berjabat tangan dengan tangan kanan, dan tangan kiri memegang handphone. Anak-anak desa, para pemuda kampung kini tidak bisa lagi bercengkrama sepuasnya. Mereka harus sesekali melirik saudara, keluarga, dan kerabat lainnya yang asik menatap gawainya masing-masing. Seolah-olah para pemudik itu sedang menunjukkan simbol kemajuan dan kemapanan, kekinian kata orang-orang ibu kota. Saat-saat seperti itulah orang-orang desa benar-benar merasa kampungan, ketinggalan jaman. Sterotyping yang turut disebarkan melalui sinetron-sinetron. Sekarang, musim itu telah usai. Para pemudik telah kembali ke kota, tempat segala kemajuan, kemapanan dan kekinian itu. Mudah-mudahan mudik kali ini bisa membawa

Bulan Bersinar dari Timur

Sebut saja Bulan, pastinya bukan nama sebenarnya. Namun, dia memiliki kemiripan dengan bulan, bersinar di malam hari. Ketika matahari mulai terbenam, seperti halnya bulan, Bulan pun terbit dengan manisnya. Namun, ketika matahari sudah terbit di pagi hari, dan bulan sudah terbenam, Bulan masih saja bersinar dengan keceriaannya yang sangat menggemaskan. Seperti kanak-kanak, Bulan selalu tersenyum dan tertawa. Indah sekali. Asalnya dari Jawa Barat. Di bawah sinar lampu yang temaram, dia menyebutkan sebuah daerah yang tidak terlalu asing di telingaku. Sebelum akhirnya sampai di tanah ini, dulunya ia bekerja di Lampung. “Capek bang” kata dia, memberi alasan mengapa dia berhenti di sana dan memilih kehidupan baru di Papua. “Di sana kami harus bekerja sampai jam 4 pagi setiap hari. Di sini lebih enak, cukup sampai jam 1 pagi. Aku jadi punya waktu istirahat yang cukup”. Aku meminta dia berkisah lebih banyak. “Aku hamil waktu masih SMA, dan pacarku tidak mau bertanggung jawab.