
Saya yakin kawan-kawan semua telah mengenal nama-nama yang menjadi topik pembahasan tulisan ini, Manohara Odelia Pinot, Mbah Surip, dan (mungkin)David Hartanto Wijaya.
Tulisan ini merupakan respon terhadap tayangan sebuah media televisi swasta nasional tentang pernyataan belasungkawa presiden SBY sesaat setelah mendengar kabar kematian Mbah Surip, seorang musisi eksentrik yang baru saja naik daun.
Tidak ada yang salah dari pernyataan itu, dan saya sendiri sangat sependapat dengan pak SBY yang menyatakan salut terhadap semangat Mbah Surip dalam menghasilkan karya-karya secara mandiri. Pak SBY juga kemudian menghimbau aparat pemerintah setempat untuk membantu proses pemakaman mendian Mbah Surip. Sebuah penghargaan yang pantas baginya. Memang perjuangan Mbah Surip dalam menapakkan kakinya di belantika musik Indonesia bukanlah perjuangan mudah. Seiring dengan perjuangan itu kemudian Mbah Surip yang terkenal dengan lagu “Tak Gendong” kemudian tiba-tiba saja menjadi terkenal dan menginspirasi banyak orang. Pernyataan ini juga langsung mengingatkan saya pada pernyataan simpati pak SBY terhadap kasus Manohara yang (katanya) mendapat perlakuan kasar dari suaminya yang merupakan warga negara Malaysia. Saya juga salut dengan perhatian pak SBY ini karena bagaimanapun Manohara adalah warga negara Indonesia yang harus dilindungi oleh negara. Namun bagaimana dengan David Hartanto Wijaya?
David Hartanto Wijaya adalah anak Indonesia yang juga mantan juara olimpiade matematika tingkat dunia yang kemudian menerima tawaran beasiswa untuk melanjutkan studinya di NTU Singapura. Beberapa bulan yang lalu kita dikejutkan oleh berita kematian anak cerdas tersebut di kampusnya. Informasi yang beredar adalah David bunuh diri karena stress akibat beasiswanya dicabut. Pihak keluaga yang melihat banyak kejanggalan dalam kasus kematian David kemudian menduga bahwa David bukan bunuh diri melainkan dibunuh oleh professornya. Hal ini diperkuat oleh data forensik dan dugaan lain sehubungan dengan proyek penting yang sedang dikerjakan David. Dugaan pembunuhan David ini kemudian direspon oleh pemerintah Singapura yang tanpa menunggu hasil persidangan langsung menyatakan bahwa David bunuh diri, bukan dibunuh. Selanjutnya bisa ditebak, semua penyelidikan, penyidikan, dan proses persidangan seolah-olah direkayasa dan diarahkan pada satu kesimpulan “David mati bunuh diri”.
Sejak kematian David, pihak keluarga meminta pemerintah untuk membantu dan memberi dukungan dalam proses pencarian keadilan. Ini juga bukan tanpa sebab, mengingat pemerintah Singapura sudah jauh hari telah mengintervensi kasus ini, dan keluarga David merasa melawan sendirian. Namun ternyata pemerintah tidak bergeming sama sekali. Tidak ada bantuan moral, materil, apalagi pernyataan dukungan atau simpatik atas kematian David dari SBY. Keluarga menggonggong SBY berlalu. Dan terus berlalu. Mungkin diajak berlalu oleh pemerintah Singapura.
Terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi pada David, yang pasti bahwa David adalah anak bangsa yang penuh bakat, cerdas, dan merupakan aset yang tidak ternilai harganya. David adalah pahlawan yang pernah mengharumkan nama bangsa pada olimpiade matematika internasional. David adalah sosok yang sangat pantas mendapat perhatian dan dukungan penuh dari pemerintah dalam setiap langkahnya. Dalam hidup dan matinya. Rupanya SBY lebih simpatik sama Manohara yang tidak pernah berjasa buat negara dari pada David yang mati dalam usaha mengharumkan nama bangsa di negeri orang. Wallahu Alam.
Comments
Post a Comment