Skip to main content

Menjelang Persimpangan

Satu langkah telah tertapaki
Akan tetapi ribuan yang lain telah menanti
Tone yang terlantun, dan suara yang gemercik
Sepoi melanda senada harapan yang menghembus

Hari ini hari ketujuh
Seminggu sudah harapan itu tertitipkan
Lima hari sudah bibit itu tertanam
Kesemuanya menunggu sebuah hal, hujan

Lembaran demi lembaran termaknai
Sambil sesekali menimbulkan teka-teki yang menggemaskan
Atau sebuah lelucon yang menggelitik
Karena dia sangat dekat, seurat leher
Mendampingi pendakian

Mungkin tidak lama lagi, harapan muncul
Alam memanglah sangat bijak
Berbicara dengan bahasanya sendiri
Dalam bingkaian kesabaran
Walaupun terkadang tercaci

Aku...
Ya, sebuah gambaran keangkuhan
Kini duduk menghamba
Dalam nada yang terlantun
Dalam senyum permakluman
Mencoba berbicara dalam bahasamu
Menjelang sebuah persimpangan jalan
Yang tujuannya sama saja...

Comments

Popular posts from this blog

SEMBAHAN

Kembali perjalananku pagi ini harus terusik terusik oleh kehadiran bunga tidur namun kali ini tampak aneh seolah ia tidak mau pergi Bunga tidur telah memberi harap jiwaku jiwa yang haus akan cinta dan kasih sebuah sosok tulus murni hadir di hadapanku semalam yang singkat namun penuh makna penuh arti dan penuh misteri yang tak terungkap setampak raga polos, putih murni memberi senyum manis kepadaku sosok terbungkus sutera putih telah menghampiriku tampak jelas olehku lumuran cinta pada tubuh indahnya balutan kasih sayang yang sangat erat pada jiwa sucinya akan disembahkan perjalananku pagi ini menjadi doa kepada-Nya kehausan jiwa sahaya lara kepada cinta pewangi bumi yang akan menggugah dunia dengan kelembutan kasihnya dalam diam, aku mencinta eki

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining. The three months progress on land reclamation of ex-bauxite mines without topsoil

Di Tepi Pantai Kolaka

Di tepi pantai Kolaka, aku duduk dan termenung. Pandangan aku arahkan jauh ke depan, melampaui birunya laut, menanti matahari terbenam. Tatapanku tersapu ombak, tertiup angin, merengsek ke dermaga lalu hilang bersama kapal-kapal yang berlayar. Aku berharap pandangan ini meleburkan semua masalah dan mengokohkan niatku dalam hidup. Sudah cukup lama aku berada di sini, kota kecil yang selalu menyimpan kerinduan. Sebulan lebih aku habiskan, sejak kedatanganku yang kesekian kalinya. Ini kali terlama sejak aku meninggalkannya sebelas tahun yang lalu. Tak pernah aku banyangkan akan selama ini sebelumnya. Tuhan memang terkadang aneh, dia punya rencana-rencana yang tidak mampu dijangkau akal manusia. Dia bekerja saja, tetapi tidak pernah aku mendengar Dia berkata apa-apa. Dia melaksanakan semuannya dalam diam. diam... Di tepi pantai Kolaka aku duduk dan termenung... Dari kejauhan tampak tiga buah kapal ferry berlabuh menanti giliran pemberangkatan. Dua puluh lima meter di depanku ada tiga buah...