Skip to main content

Mendung Malam


Hitam pekat angkasa berwarna
Sambil sesekali suara guntur bergemuruh, sesekali kilat memekik, dan sayup dari kejauhan suara orang bercengkerama.. lalu hilang.
Aku tahu aku sedang diamati. Empat pasang mata angsa terus menatapku bingung. Barangkali mereka heran apa yang sedang aku lakukan di sini. Duduk sendirian di bawah temaram lampu jalan, di tengah malam yang dingin, yang sebentar lagi hujan. Diapit dua pohon mangga.
Kasihan para pohon mangga ini, buahnya sudah habis dipetik. Baik itu oleh si empunya, juga orang-orang yang lalu lalang. Tetapi mereka tidak pernah merasa puas dan bangga, mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk memberikan yang terbaik. Buah mangga yang manis dan ranum, buah-buah terbaik yang mereka miliki.Bayi-bayi mereka rawat dari kecil, melindungi dari terik mentari, menghangatkan dikala malam, dan memberi makan ketika lapar
Yang terjadi adalah buahnya dipetik sebelum matang. Terlebih jika yang memetiknya bukan si empunya, mereka yang hanya kebetulan lewat..sakit..Orang-orang yang sangat manusiawi dan kadang-kadang hewani terlalu mudah mengalah dengan godaan buah yang menggantung. Pemandangan indah yang mengundang selera, walaupun mereka tahu belum matang. Ulah tangan-tangan jahil merusak semua keinginan si pohon mangga..memang, terkadang niat baik saja itu belum cukup.
Suara angsa sedikit mengusikku. Tiga ekor jantan dan satu betina melangkah beriringan rapi,  lurus, lalu memutar melingkari pohon kelapa yang masih kecil. Sebuah pola migrasi yang bisa ditebak,  sudah berbulan-bulan aku mengamatinya.
Aku masih berada ditempat semula. Tetapi aku tidak ingin seperti pohon mangga itu, ataupun orang-orang yang memetiknya. Aku ingin menjadi diriku sendiri. Mencoba untuk menanamkan apa yang aku punya,  memelihara takdir yang diberikan, merawatnya baik-baik, menjaga dari tangan-tangan jahil. Lalu jika saatnya nanti akan tiba, pertarungan antara iblis dan malaikat akan mencapai puncaknya, aku kembali kepada si empunya, mempersembahkan yang terbaik, buah yang indah, jiwa yang tulus, ruh yang suci. Sebuah penunaian yang masih seumur jagung..


Lorong Amalia, 22.40 WITA

Comments

Popular posts from this blog

SEMBAHAN

Kembali perjalananku pagi ini harus terusik terusik oleh kehadiran bunga tidur namun kali ini tampak aneh seolah ia tidak mau pergi Bunga tidur telah memberi harap jiwaku jiwa yang haus akan cinta dan kasih sebuah sosok tulus murni hadir di hadapanku semalam yang singkat namun penuh makna penuh arti dan penuh misteri yang tak terungkap setampak raga polos, putih murni memberi senyum manis kepadaku sosok terbungkus sutera putih telah menghampiriku tampak jelas olehku lumuran cinta pada tubuh indahnya balutan kasih sayang yang sangat erat pada jiwa sucinya akan disembahkan perjalananku pagi ini menjadi doa kepada-Nya kehausan jiwa sahaya lara kepada cinta pewangi bumi yang akan menggugah dunia dengan kelembutan kasihnya dalam diam, aku mencinta eki

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining. The three months progress on land reclamation of ex-bauxite mines without topsoil

Di Tepi Pantai Kolaka

Di tepi pantai Kolaka, aku duduk dan termenung. Pandangan aku arahkan jauh ke depan, melampaui birunya laut, menanti matahari terbenam. Tatapanku tersapu ombak, tertiup angin, merengsek ke dermaga lalu hilang bersama kapal-kapal yang berlayar. Aku berharap pandangan ini meleburkan semua masalah dan mengokohkan niatku dalam hidup. Sudah cukup lama aku berada di sini, kota kecil yang selalu menyimpan kerinduan. Sebulan lebih aku habiskan, sejak kedatanganku yang kesekian kalinya. Ini kali terlama sejak aku meninggalkannya sebelas tahun yang lalu. Tak pernah aku banyangkan akan selama ini sebelumnya. Tuhan memang terkadang aneh, dia punya rencana-rencana yang tidak mampu dijangkau akal manusia. Dia bekerja saja, tetapi tidak pernah aku mendengar Dia berkata apa-apa. Dia melaksanakan semuannya dalam diam. diam... Di tepi pantai Kolaka aku duduk dan termenung... Dari kejauhan tampak tiga buah kapal ferry berlabuh menanti giliran pemberangkatan. Dua puluh lima meter di depanku ada tiga buah...