Skip to main content

Dalam Tatapan Sebuah Dermaga

Dalam tatapan sebuah dermaga, aku kecewa. Angka-angka itu tidak membuatku menjadi lebih gembira. Setidaknya kekhawatiran itu masih ada. Kuhela nafasku dalam-dalam, seiring dengan pandangan yang jauh ke depan, semuanya tampak sama, biru..
Aku tahu, aku salah, bukan siapa-siapa. Akan tetapi di saat yang sama aku juga yakin bahwa Tuhan itu maha pengampun dan pelindung. Aku masih berharap Tuhan seperti itu. Setidaknya sampai sekarang.
Sesekali segelas jus alpukat mencoba untuk membuat aku sejenak melupakan apa yang ada di kepala, tapi ia mulai putus asa. Sampai akhirnya sadar bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa. Sepasang roti bakar mengamati semuanya, mencoba untuk melakukan hal yang sama, dan hasilnya sama saja. Jangan pernah berharap mendapatkan hasil yang berbeda jika kita masih melakukan hal yang sama. Tapi masih ada harap di sana.
Aku bertanya kepada malaikat, apakah aku masih pantas untuk memohon kepada Tuhan?Aku yang angkuh dan sombong ini. Aku berteriak dan menangis memintanya. Tapi Tuhan diam saja, mungkinkah dia bisu?
Lalu, sebuah perahu melintas di hadapanku. Aku tersenyum, tertawa. Dan berguman "ternyata Engkau tidak bisu Tuhan, engkau hanya berbicara dengan bahasa-Mu sendiri. Melalui perahu yang berlayar, melalui anak kecil yang berlari, melaui ombak yang mendera." Engkau sedang berbicara kepadaku bahwa Engkau mendengar semua jeritan, semua tangis, dan bahkan semua bisikan hatiku.
Dihantarkan terbenamnya sinar mentari, Engkau pun berkata "sabarlah sayang, ini harus kau tempuh. Bukan Aku tidak mau kau bahagia, bukan sama sekali sayang..Tapi Aku mau engkau siap dalam menghadapi kebahagiaan yang sudah lama Aku persiapkan kepadamu. Engkau tahu itu.."




oh God... I love you...

Kolaka, 14 Januari 2007 17.08 WITA

Comments

Popular posts from this blog

SEMBAHAN

Kembali perjalananku pagi ini harus terusik terusik oleh kehadiran bunga tidur namun kali ini tampak aneh seolah ia tidak mau pergi Bunga tidur telah memberi harap jiwaku jiwa yang haus akan cinta dan kasih sebuah sosok tulus murni hadir di hadapanku semalam yang singkat namun penuh makna penuh arti dan penuh misteri yang tak terungkap setampak raga polos, putih murni memberi senyum manis kepadaku sosok terbungkus sutera putih telah menghampiriku tampak jelas olehku lumuran cinta pada tubuh indahnya balutan kasih sayang yang sangat erat pada jiwa sucinya akan disembahkan perjalananku pagi ini menjadi doa kepada-Nya kehausan jiwa sahaya lara kepada cinta pewangi bumi yang akan menggugah dunia dengan kelembutan kasihnya dalam diam, aku mencinta eki

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining. The three months progress on land reclamation of ex-bauxite mines without topsoil

Di Tepi Pantai Kolaka

Di tepi pantai Kolaka, aku duduk dan termenung. Pandangan aku arahkan jauh ke depan, melampaui birunya laut, menanti matahari terbenam. Tatapanku tersapu ombak, tertiup angin, merengsek ke dermaga lalu hilang bersama kapal-kapal yang berlayar. Aku berharap pandangan ini meleburkan semua masalah dan mengokohkan niatku dalam hidup. Sudah cukup lama aku berada di sini, kota kecil yang selalu menyimpan kerinduan. Sebulan lebih aku habiskan, sejak kedatanganku yang kesekian kalinya. Ini kali terlama sejak aku meninggalkannya sebelas tahun yang lalu. Tak pernah aku banyangkan akan selama ini sebelumnya. Tuhan memang terkadang aneh, dia punya rencana-rencana yang tidak mampu dijangkau akal manusia. Dia bekerja saja, tetapi tidak pernah aku mendengar Dia berkata apa-apa. Dia melaksanakan semuannya dalam diam. diam... Di tepi pantai Kolaka aku duduk dan termenung... Dari kejauhan tampak tiga buah kapal ferry berlabuh menanti giliran pemberangkatan. Dua puluh lima meter di depanku ada tiga buah...