Dalam tatapan sebuah dermaga, aku kecewa. Angka-angka itu tidak membuatku menjadi lebih gembira. Setidaknya kekhawatiran itu masih ada. Kuhela nafasku dalam-dalam, seiring dengan pandangan yang jauh ke depan, semuanya tampak sama, biru..
Aku tahu, aku salah, bukan siapa-siapa. Akan tetapi di saat yang sama aku juga yakin bahwa Tuhan itu maha pengampun dan pelindung. Aku masih berharap Tuhan seperti itu. Setidaknya sampai sekarang.
Sesekali segelas jus alpukat mencoba untuk membuat aku sejenak melupakan apa yang ada di kepala, tapi ia mulai putus asa. Sampai akhirnya sadar bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa. Sepasang roti bakar mengamati semuanya, mencoba untuk melakukan hal yang sama, dan hasilnya sama saja. Jangan pernah berharap mendapatkan hasil yang berbeda jika kita masih melakukan hal yang sama. Tapi masih ada harap di sana.
Aku bertanya kepada malaikat, apakah aku masih pantas untuk memohon kepada Tuhan?Aku yang angkuh dan sombong ini. Aku berteriak dan menangis memintanya. Tapi Tuhan diam saja, mungkinkah dia bisu?
Lalu, sebuah perahu melintas di hadapanku. Aku tersenyum, tertawa. Dan berguman "ternyata Engkau tidak bisu Tuhan, engkau hanya berbicara dengan bahasa-Mu sendiri. Melalui perahu yang berlayar, melalui anak kecil yang berlari, melaui ombak yang mendera." Engkau sedang berbicara kepadaku bahwa Engkau mendengar semua jeritan, semua tangis, dan bahkan semua bisikan hatiku.
Dihantarkan terbenamnya sinar mentari, Engkau pun berkata "sabarlah sayang, ini harus kau tempuh. Bukan Aku tidak mau kau bahagia, bukan sama sekali sayang..Tapi Aku mau engkau siap dalam menghadapi kebahagiaan yang sudah lama Aku persiapkan kepadamu. Engkau tahu itu.."
oh God... I love you...
Kolaka, 14 Januari 2007 17.08 WITA
Aku tahu, aku salah, bukan siapa-siapa. Akan tetapi di saat yang sama aku juga yakin bahwa Tuhan itu maha pengampun dan pelindung. Aku masih berharap Tuhan seperti itu. Setidaknya sampai sekarang.
Sesekali segelas jus alpukat mencoba untuk membuat aku sejenak melupakan apa yang ada di kepala, tapi ia mulai putus asa. Sampai akhirnya sadar bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa. Sepasang roti bakar mengamati semuanya, mencoba untuk melakukan hal yang sama, dan hasilnya sama saja. Jangan pernah berharap mendapatkan hasil yang berbeda jika kita masih melakukan hal yang sama. Tapi masih ada harap di sana.
Aku bertanya kepada malaikat, apakah aku masih pantas untuk memohon kepada Tuhan?Aku yang angkuh dan sombong ini. Aku berteriak dan menangis memintanya. Tapi Tuhan diam saja, mungkinkah dia bisu?
Lalu, sebuah perahu melintas di hadapanku. Aku tersenyum, tertawa. Dan berguman "ternyata Engkau tidak bisu Tuhan, engkau hanya berbicara dengan bahasa-Mu sendiri. Melalui perahu yang berlayar, melalui anak kecil yang berlari, melaui ombak yang mendera." Engkau sedang berbicara kepadaku bahwa Engkau mendengar semua jeritan, semua tangis, dan bahkan semua bisikan hatiku.
Dihantarkan terbenamnya sinar mentari, Engkau pun berkata "sabarlah sayang, ini harus kau tempuh. Bukan Aku tidak mau kau bahagia, bukan sama sekali sayang..Tapi Aku mau engkau siap dalam menghadapi kebahagiaan yang sudah lama Aku persiapkan kepadamu. Engkau tahu itu.."
oh God... I love you...
Kolaka, 14 Januari 2007 17.08 WITA
Comments
Post a Comment