Skip to main content

“Karena kami punya hati”


“Karena kami punya hati”, itulah ungkapan yang keluar dari mulut Thomas, pria setengah baya yang bermukim di Bobrtizsch, sebuah desa dekat Freiberg, Germany. Jawaban itu terlontar setelah aku mempertanyakan mengapa mereka menggantung “sesuatu” di dahan pohon yang sedang tidak berdaun itu. Thomas, kepala keluarga dengan 3 orang anak, berkata bahwa “sesuatu” itu sengaja digantungkan olehnya untuk memberi makan burung-burung wallet yang banyak beterbangan di daerah seputaran rumahnya. Pada musin dingin seperti ini, burung-burung wallet itu kesulitan untuk mencari makanan. Salju yang turun dan menutupi hampir seluruh permukaan bumi, termasuk dedaunan yang masih bertahan di dahan, membuat peluang wallet untuk mendapatkan makanan semakin kecil. Dalam kondisi demikian, Thomas dan anggota keluarga yang lain memutuskan untuk meramu makanan, mengemasnya dengan baik untuk dapat dengan mudah dipatuk oleh wallet untuk dimakan lalu digantung di dahan pohon sehingga dapat dijangkau dengan mudah oleh si wallet. Bahkan, keluarga ini juga menyiapkan sebuah “rumah” khusus bagi wallet yang kedinginan. Rumah kecil ini dibuat sedemikian rupa kemudian digantungkan di loteng dekat balkon, sehingga mudah dikenali oleh burung wallet yang melintas. Begitu perhatiannya mereka akan kehidupan ini, sehingga rela berbuat apa saja untuk melestarikan setiap penghuninya.
Hmmmm, aku tiba-tiba saja teringat bagaimana burung Cendrawasih di Papua yang sudah nyaris punah karena keserakahan manusia, atau Harimau sumatera yang jumlahnya semakin langka, mati dibunuh oleh manusia karena katanya Harimau sering mengancam keselamatan manusia (atau manusia yang sering mengancam keselamatan Harimau?). Semoga kita lebih mampu menghargai kehidupan yang indah ini.

Comments

  1. Anonymous11:26 AM

    gimana dg burung wallet yg ada di indo?? dibuatkan rumah segede bagong itu tetapi diperas utk menghasilkan puluhan juta. Masih bisa di sebut pemilik dg seseorang yg mempunyai hati??

    ReplyDelete
  2. no comment untuk yang seperti itu..tergantung niatnya masing-masing..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SEMBAHAN

Kembali perjalananku pagi ini harus terusik terusik oleh kehadiran bunga tidur namun kali ini tampak aneh seolah ia tidak mau pergi Bunga tidur telah memberi harap jiwaku jiwa yang haus akan cinta dan kasih sebuah sosok tulus murni hadir di hadapanku semalam yang singkat namun penuh makna penuh arti dan penuh misteri yang tak terungkap setampak raga polos, putih murni memberi senyum manis kepadaku sosok terbungkus sutera putih telah menghampiriku tampak jelas olehku lumuran cinta pada tubuh indahnya balutan kasih sayang yang sangat erat pada jiwa sucinya akan disembahkan perjalananku pagi ini menjadi doa kepada-Nya kehausan jiwa sahaya lara kepada cinta pewangi bumi yang akan menggugah dunia dengan kelembutan kasihnya dalam diam, aku mencinta eki

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining

Proudly promoting environmentally friendly and sustainable mining. The three months progress on land reclamation of ex-bauxite mines without topsoil

Di Tepi Pantai Kolaka

Di tepi pantai Kolaka, aku duduk dan termenung. Pandangan aku arahkan jauh ke depan, melampaui birunya laut, menanti matahari terbenam. Tatapanku tersapu ombak, tertiup angin, merengsek ke dermaga lalu hilang bersama kapal-kapal yang berlayar. Aku berharap pandangan ini meleburkan semua masalah dan mengokohkan niatku dalam hidup. Sudah cukup lama aku berada di sini, kota kecil yang selalu menyimpan kerinduan. Sebulan lebih aku habiskan, sejak kedatanganku yang kesekian kalinya. Ini kali terlama sejak aku meninggalkannya sebelas tahun yang lalu. Tak pernah aku banyangkan akan selama ini sebelumnya. Tuhan memang terkadang aneh, dia punya rencana-rencana yang tidak mampu dijangkau akal manusia. Dia bekerja saja, tetapi tidak pernah aku mendengar Dia berkata apa-apa. Dia melaksanakan semuannya dalam diam. diam... Di tepi pantai Kolaka aku duduk dan termenung... Dari kejauhan tampak tiga buah kapal ferry berlabuh menanti giliran pemberangkatan. Dua puluh lima meter di depanku ada tiga buah...